Richardus Dhimas Krisnawan Agustika, Sasongko P.H, Suharyanto., (2015). "Perancangan Kendali
Kecepatan Mesin Arus Searah Tanpa
Sikat dengan Menggunakan PID – Algoritma Genetika". Jurnal Fisika Indonesia No: 55, Vol XIX,
Edisi November 2015.
DAFTAR ISI
3. Tinjauan Pustaka
Perancangan Kendali Kecepatan Mesin Arus Searah Tanpa Sikat dengan Menggunakan PID – Algoritma Genetika
Mesin arus searah tanpa sikat
(MASTS) sebenarnya merupakan mesin sinkron dengan magnet permanen. Keunggulannya yaitu perawatannya lebih
mudah, umur pemakaian lebih lama, tidak menimbulkan electrical noise, konsumsi energi yang kecil dan memiliki
range kecepatan yang lebih besar. Pengendalian kecepatan MASTS perlu dilakukan agar respon kecepatan yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan
dalam pengendalian MASTS, salah satunya
yaitu dengan penggunaan kendali Proporsional-Integral- Derivatif (PID). Kendali PID merupakan kendali yang banyak digunakan dalam proses
kontrol di industri, karena kendali
PID sangat efektif, implementasinya sederhana, dan luas penggunaannya. Namun,
kendali PID memerlukan penalaan yang akurat
untuk menentukan nilai konstanta yang digunakan. Ada berbagai cara untuk melakukan
penalaan konstanta PID,
contohnya metoda Ziegler-Nichols dan metoda
algoritma genetika. Dalam pembahasan ini, respon terbaik dihasilkan dengan metoda algoritma genetika
dengan objective function
MSE yang menghasilkan konstanta proporsional (Kp) 15,5032, konstanta
integral (Ki) 22,1152,
dan konstanta derivatif (Kd) 17,3529.
Pengendalian
kecepatan MASTS perlu dilakukan agar respon
kecepatan yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Tanpa pengaturan kecepatan
motor maka respon kecepatan yang didapatkan masih
kurang baik. Ada beberapa
metode yang dapat digunakan dalam pengendalian MASTS, salah satunya
yaitu dengan penggunaan kendali Proporsional-Integral-Derivatif (PID). Kendali PID merupakan kendali yang banyak digunakan
dalam proses kontrol
di industri. Hal ini dikarenakan kendali PID sangat efektif,
implementasinya sederhana, dan luas
penggunaannya. Akan tetapi, kendali PID memerlukan penalaan yang akurat untuk menentukan nilai konstanta yang digunakan. Metode penalaan
yang dapat digunakan dan cukup akurat yaitu menggunakan algoritma
genetika. Algoritma genetika
merupakan metode adaptif yang biasa digunakan untuk memecahkan suatu pencarian nilai dalam sebuah
masalah optimasi .
A. Mesin Searah Tanpa Sikat
MASTS ini dapat bekerja ketika stator yang terbuat
dari kumparan diberikan arus 3 fasa. Akibat arus yang
melewati kumparan pada stator timbul medan magnet (B)
yang nilainya dihitung menggunakan persamaan (1).
(1) Dimana u merupakan permeabilitas bahan,
N merupakan jumlah lilitan, l merupakan panjang
lilitan dan i merupakan arus.
Arus yang diberikan berupa arus AC fasa sehingga
nilai medan magnet dan polarisasi setiap kumparan akan
berubah – ubah setiap saat. Akibat yang ditimbulkan dari
adanya perubahan polarisasi tersebut dan besar medan
magnet tiap kumparan adalah terjadinya medan putar
magnet dengan kecepatan Ns yang nilainya dihitung
menggunakan persamaan (2).
(2)
Dimana f merupakan frekuensi tegangan input
dinyatakan dalam Hz per satuan detik, p merupakan
jumlah kutub (pole) pada rotor dan 120 didapat dalam 1
putaran (360) per 3 fasa motor. Ketika motor berputar
permanent magnet pada rotor bergerak melewati
kumparan stator dan menginduksi potensial listrik dalam
kumparan tersebut, maka terjadinya Bemf. Bemf
berbanding lurus dengan kecepatan MASTS.
B. Pengendali Proporsional, Integral, Derivatif
Sistem kontrol PID terdiri dari tiga buah cara
pengaturan yaitu kontrol P (Proporsional), D (Derivatif)
dan I (Integral), dengan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Dalam perancangan sistem
kontrol PID yang perlu dilakukan adalah mengatur
parameter P, I atau D agar tanggapan sinyal keluaran
sistem terhadap masukan tertentu sebagaimana yang
diinginkan. Kontrol PID akan memperbaiki kesalahan
antara output dengan input atau setting point dengan
menghitung dan memberikan koreksi output. Secara
umum, pengendali PID memiliki bentuk seperti
persamaan (3).
Apabila persamaan (3) diubah menggunakan
transformasi Laplace maka akan memiliki bentuk seperti
persamaan (4).
Dalam perancangan sistem kontrol PID yang perlu
dilakukan adalah mengatur parameter P, I atau D agar
tanggapan sinyal keluaran sistem terhadap masukan
tertentu sebagaimana yang diiginkan.
C. Analisis Respon Waktu
Gambar 1. Kurva Respons Transient Sistem
Respon transien sistem kendali sering menunjukkan
osilasi teredam sebelum mencapai kondisi steady state.
Jika keluaran steady state sistem tidak sama dengan
masukannya maka sistem tersebut mempunyai kesalahan
kondisi steady state. Kesalahan inilah yang merupakan
tolok ukur ketelitian suatu sistem.
Dari Gambar 1 tampak beberapa parameter yang
digunakan dalam analisis transient. Parameter-parameter
tersebut antara lain:
1) Delay time (waktu tunda) (td)
Adalah waktu yang
diperlukan respon untuk mencapai nilai 68% dari nilai
masukan yang diberikan.
2) Rise time (waktu naik)(tr)
Adalah waktu yang
diperlukan respon untuk naik mulai naik dari 10 –
90%, 5 – 95% atau 0 – 100% dari nilai masukan yang
diberikan.
3) Waktu puncak (tp)
Adalah waktu yang diperlukan
respon untuk mencapai puncak overshoot untuk
pertama kali.
4) Steady state error
Adalah selisih nilai masukan dengan
nilai aktual respon dalam keadaan tunak pada waktu
tak berhingga.
5) Maksimum overshoot
Adalah harga
puncak maksimum dari kurva respon yang
diukur dari nilai masukan.
6) Waktu tunak
Adalah waktu yang diperlukan kurva
respon untuk mencapai dan menetap dalam daerah di
sekitar nilai masukan yang diberikan (dalam daerah
toleransi yang dapat diterima. Ukurannya ditentukan
dengan persentase mutlak dari harga akhir yang
biasanya 5% atau 2 %
A. Pemodelan MASTS
Pemodelan MASTS tersebut telah dilakukan oleh Hidayat,
Sarjiya, Sasongko P.H, dan Suharyanto, 2010 [4]. Metode pemodelan yang dilakukan menggunakan metode ARX
dengan mengamati hubungan masukan dan keluaran
sistem. Dari pemodelan yang telah dilakukan didapatkan bahwa MASTS yang digunakan memiliki
fungsi alih seperti
persamaan:
B.
Perancangan Pemrograman Penalaan PID Metoda Ziegler-Nichols
Pemrograman
dilakukan dengan memberikan masukan transfer function MASTS yang akan digunakan. Penalaan PID menggunakan metode Ziegler-Nichols dapat menggunakan metode osilasi maupun metode kurva reaksi. Perangkat
lunak yang digunakan
dalam pemrograman adalah MATLAB.
Solusi optimal genetik (GA) sekarang adalah kurang berosilasi dibandingkan dengan desain Ziegler-Nichols baik dalam respons langkah maupun output pengontrol.Meskipun waktu naik yang relatif
lebih kecil (Tr ) dan waktu
penyelesaian (Ts ) diperoleh dari Ziegler- Nichols, solusi algoritma genetika memiliki waktu yang sangat kecil
C.
Perancangan Pemrograman Penalaan PID Metoda Algoritma Genetika
Pemrograman
dilakukan dengan memberikan masukan transfer function MASTS
yang akan digunakan. Inisialisasi populasi harus dilakukan sebelum
menjalankan algoritma genetika.
Langkah berikutnya yaitu melakukan setting
parameter-parameter yang digunakan dalam algoritma genetika.
Algoritma genetika bisa dijalankan
apabila semua kondisi sudah terpenuhi. Program dibuat menggunakan perangkat
lunak MATLAB.
A. Hasil Penalaan PID Ziegler-Nichols Metode
Osilasi
Setelah
program yang telah dibuat dijalankan
maka akan didapatkan nilai konstanta
PID sebagai berikut,
kp = 29,3896
ki = 108,9306
kd = 435,7225
menghasilkan respon kecepatan
seperti Gambar 2.
Dari Gambar 2 bisa dianalisis bahwa waktu tundanya (td) 0,0098 sekon, waktu naiknya (tr) 0,0045 sekon, error steady state 0 dan
memiliki overshoot 25,48%.
|
Gambar 3. Respon kecepatan
PID Ziegler-Nichols metoda osilasi |
|
Gambar 4. Respon kecepatan
PID Ziegler-Nichols metoda kurva
reaksi |
C. Hasil
Penalaan PID Algoritma
Genetika IAE
Setelah program
yang telah dibuat dijalankan maka akan didapatkan nilai konstanta PID sebagai berikut,
kp = 44,6789
ki = 18,7175
kd = 15,9967
menghasilkan respon kecepatan seperti Gambar 4.
Dari Gambar 4 bisa dianalisis bahwa waktu tundanya (td) 0,0197
sekon, waktu naiknya (tr)
0,027 sekon, tidak memiliki error steady
state dan tidak memiliki overshoot.
|
Gambar 5.
Respon kecepatan PID algoritma genetika
IAE |
E. Hasil Penalaan
PID Algoritma Genetika
MSE
Setelah
program yang telah dibuat dijalankan
maka akan didapatkan nilai konstanta
PID sebagai berikut,
kp = 15,5032
ki = 22,1152
kd = 17,3529
menghasilkan respon kecepatan
seperti Gambar 5.
Dari Gambar 5 bisa dianalisis bahwa waktu
tundanya (td) 0,0183 sekon,
waktu naiknya (tr) 0,023 sekon, tidak memiliki error steady
state dan tidak memiliki
overshoot.
|
Gambar 6. Respon kecepatan PID algoritma genetika
MSE |
Nilai konstanta PID yang dihasilkan agar respon kecepatan MASTS maksimal yaitu:
- konstanta
pengendali proporsional (kp) = 15,5032
- konstanta pengendali integral
(ki) = 22,1152, dan
- konstanta
pengendali derivatif (kd) =
17,3529.
Nilai-nilai tersebut merupakan hasil penalaan
konstanta PID menggunakan algoritma genetika
dengan objective function Mean Square
Error (MSE). Respon kecepatan
yang dihasilkan dari konstanta pengendali
tersebut yaitu:
waktu tunda (td) = 0,0183
s
waktu naik (tr) = 0,023 s
tidak memiliki error stady state dan tidak terjadi overshoot.
[1] Baldursson, Stefán, BLDC Motor Modelling and Control- A Matlab®/Simulink® Implementation, Master Thesis. Institutionen för Energi och Miljö Chalmers Tekniska Högskola. 2005.
[2] Lin,
L., Jan, H.Y., Shieh, N.C., GA-based Multiobjective PID Control for a Linear Brushless
DC Motor, IEE Trans.Mechatronics 8(1), 2003. pp 56-65
[3]
Gundogdu, Omer, Optimal-Tuning of PID Controller Gains Using Genetic-Algorithms, Journal of Engineering Sciences 11 (1).2005.
pp 131-135
[4]
Hidayat, Sarjiya, Sasongko.PH, Suharyanto, Fakultas Teknik UGM, Strategi Kontrol
Kecepatan dan Torsi Mesin
Arus Searah Tanpa Sikat, Paper Seminar CITEE, Yogyakarta, 2010.
Mencari nilai Kp, Ki, dan Kd Menggunakan Metode Ziegler-Nichols I[Kembali] % Simulasi sistem tanpa kontrol
time = linspace(0, 10, 1000);
setpoint = 1.0;
system_response = setpoint * time;
% Menambahkan gangguan atau noise pada sistem
system_response = system_response + 0.1 * randn(size(time));
% Menentukan parameter PID menggunakan metode Ziegler-Nichols Metode Osilasi
[~, peaks] = findpeaks(system_response);
% Menentukan periode osilasi
period = mean(diff(time(peaks)));
% Kriteria Ziegler-Nichols
Ku = 4 / (pi * sqrt(2));
% Memasukkan parameter PID
Kp = 29,3896;
Ki = 108,9306;
Kd = 435,7225;
% Simulasi sistem dengan kontrol PID
control_output = zeros(size(time));
integral = 22,1152;
prev_error = 0;
for i = 1:length(time)
error = setpoint - control_output(i);
integral = integral + error * (time(i) - time(max(1, i-1)));
derivative = (error - prev_error) / (time(i) - time(max(1, i-1)));
% Kontrol PID
control_signal = Kp * error + Ki * integral + Kd * derivative;
% Simulasi sistem (misalnya, sistem tanpa kontrol)
% Di sini, kita asumsikan sistem adalah integrator
system_response(i) = control_signal * time(i);
% Update nilai output kontrol PID
control_output(i) = control_signal;
% Update nilai error sebelum iterasi berikutnya
prev_error = error;
end
% Plot hasil
figure;
subplot(2, 1, 1);
plot(time, system_response, 'LineWidth', 2);
hold on;
plot(time, setpoint * ones(size(time)), '--', 'LineWidth', 2);
title('Simulasi Sistem Tanpa Kontrol dan Dengan Kontrol PID');
xlabel('Waktu');
ylabel('Output Sistem');
legend('Sistem Dengan Kontrol PID', 'Setpoint');
subplot(2, 1, 2);
plot(time, control_output, 'LineWidth', 2);
title('Output Kontrol PID');
xlabel('Waktu');
ylabel('Output Kontrol');
sgtitle('Simulasi Sistem Tanpa Kontrol dan Dengan Kontrol PID');
Hasil Program
>> optimal
Kp =
29
Ki =
108
Kd =
435
integral =
22
Gambar Hasil Program Matlab
Gambar 7. Hasil Program pada Matlab
a. Video teori GA
b. Video Simulasi Matlab
Download HTML disini
Download Video Simulasi MATLAB disini Donwload Video Teori GA
disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar